FILOSOFI BUDAYA JAWA
Buku dengan judul Kisah
dan Petuah Bijak Budaya Jawa sengaja saya hadirkan kepada para pembaca sebagai
bentuk kepedulian kita untuk melestarikan hal-hal positif yang telah berkembang
di masyarakat. Buku ini tidak dimaksudkan untuk menonjolkan kesukuannya tapi
justru memuat informasi yang berharga untuk saling melengkapi informasi tentang
ke-indonesiaan. Hal ini penting karena betapa ironisnya ketika kita
berkomitmen untuk Berbineka Tunggal Ika namun pemahaman kita tentang makna
Bhineka Tunggal Ika tidak utuh. Artinya masing-masing dari kita hanya
mengetahui budayanya sendiri. Oleh karena itu buku ini dimaksudkan untuk
berbagi informasi budaya, sekalipun informasi ini bagaikan buih di tengah
samudra yang luas. Artinya informasi ini hanyalah bagian kecil dari luasnya
informasi tentang budaya yang sesungguhnya.
Membangun manusia yang berakhlak
mulia merupakan visi yang menunjukkan keinginan kuat dari Pemerintah Kabupaten
Purbalingga terhadap adanya tatanan pemerintahan dan masyarakat yang baik,
bijak dan bermartabat untuk mendukung terwujudnya masyarakat sejahtera, adil
dan makmur. Tatanan pemerintahan dan masyarakat yang baik, bijak dan
bermartabat tentu baru akan dapat terwujud manakala terdapat “gelaran” bentuk
konkrit terjemahan visi akhlak mulia yang dapat diserap oleh seluruh lapisan
masyarakat.
Memang terasa berlebihan bila
buku ini dianggap mewakili terjemahan visi membangun akhlak mulia, akan tetapi
sebagai bagian dari usaha yang terus digerakkan untuk menemukan dan mendapatkan
bentuknya yang konkrit dari implementasi visi tersebut, tentu patut
diperhatikan. Setidaknya, masyarakat meyakini bahwa ada political will
dari pemerintah daerah agar generasi mandatang tidak merasa asing dengan
budayanya sendiri, yang telah memberikan andil mengangkat martabat sebagai
manusia yang memiliki jatidiri.
Sebagaimana kita ketahui bahwa
kebudayaan adalah hasil perenungan dan iteraksi antar manusia beserta
lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu apa yang kami tuangkan dalam buku ini
merupakan hasil pencatatan peristiwa yang terjadi ditengah masyarakat. Kemudian
bebagai peristiwa tersebut dihubungkan dengan “wejangan-wejangan”
(nasihat-nasihat) para orang tua terdahulu, yang terbukti bahwa sampai saat ini,
nasihat-nasihat tersebut masih sangat relevan.
Upaya ini kami anggap sangat
penting, mengingat dengan berbagai tuntutan perkembangan jaman dan kesibukan
orang tua, meraka hampir-hampir tidak memiliki kesempatan untuk sekedar
bercengkrama atau memberikan kehangatan dengan pendidikan budi pekerti
sebagaimana pernah kita terima dimasa lampau. Disamping itu, pengungkapan hasil
penelusuran ini juga dimksudkan untuk melestarikan budaya Jawa dengan cara
menggali kembali substansi kekuatan dari nasihat-nasihat orang tua terdahulu
yang hampir-hampir hilang tergerus oleh segala sesuatu yang serba instan.
Ini adalah tugas berat, akan tetapi harus dilakukan agar generasi mendatang
tidak kehilangan jati dirinya sebagai insan pembangunan yang bermartabat.