SEKAPUR SIRIH MENGAPA KITA HARUS BERBUAT:

Orang yang sangat mulia adalah orang yang memelopori suatu gerakan moral yang berguna bagi generasinya dan juga bagi generasi berikutnya; selanjutnya adalah orang yang memberikan jasa besar bagi masyarakat pada umumnya; dan selanjutnya adalah orang yang kata-katanya memberikan pencerahan dan inspirasi bagi orang lain. Ini adalah tiga pencapaian yang tak akan mati dalam kehidupan.
Disamping blog ini, saya juga menyediakan informasi untuk diakses dengan niat ibadah berbagi ilmu. Anda dapat: klik- : KSU BMT Buana Nawa Kartika ( ksubuananawakartika.blogspot.com ) dan Informasi Koperasi Purbalingga (infokop.blogspot.com).
Drs. Mugiyarto, M.Si
.

JEJAK-JEJAK PEMBANGUNAN PURBALINGGA:


Buku yang saya tulis dengan Judul  ”Jejak-Jejak Pembangunan Purbalingga” merupakan hasil rangkuman informasi dan analisa berbagai peristiwa dan masalah seputar pembangunan Purbalingga beserta solusinya di masa pemerintahan Drs. Triyono Budi Santoso, Msi.
Ketertarikan saya untuk menulis buku ini berawal dari banyaknya permintaan dari berbagai kalangan; LSM, Tokoh Masyarakat, Tokoh Partai Politik,  Praktisi Pendidikan, Pelaku Usaha, Pemerhati Pembangunan, dll.  yang ingin mengetahui derap langkah  seputar keberhasilan pembangunan Purbalingga, termasuk bagaimana komitmen pemerintah daerah untuk menciptakan kondusifitas daerahnya sehingga  mendukung upaya membangun kemandirian di tengah upaya  membangun semangat solidaritas dalam rangka penanggulangan dan pengentasan kemiskinan.
Permintaan tersebut, saya anggap sebagai sebuah tantangan untuk menyuguhkan tulisan ini sebaik mungkin dengan tata urutan isi buku sebagai berikut: Bab I, menguraikan tentang pasca runtuhnya Orde Baru, yang dilanjutkan dengan penjelasan mengenai  paradigma desentralisasi, kemudian  memberi jawab atas keragunan masyarakat terhadap  penerapan UU no. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah. Bab II menguraikan tentang  proses Pilkada 2000 yang di menangkan oleh pasangan Drs. Triyono Budi Sasongko, MSi. dan Drs. Soetarto Rahmat.
Kemudian, Bab III  menguraikan langkah-langkah  awal yang dilakukan oleh Drs. Triyono Budi Sasongko, MSi.  dalam memimpin Purbalingga. Bab IV menguraikan tentang penilaian masyarakat terhadap kepemimpinan Drs. Triyono Budi Sasongko, MSi.
Selanjutnya, Bab V, menganalisa adakah relevansi pembangunan yang digulirkan oleh pemerintah kabupaten Purbalingga dengan teori pembangunan yang di kemukakan oleh Prof. Amartya Kumar Sen, dari Cambridge University, yang menerima hadiah Nobel untuk bidang perekonomian tahun 1998 . Bab VI  menjelaskan tentang upaya pemerintah Kabupaten Purbalingga dalam memberdayakan masyarakatnya.
Dilanjutkan Bab  VII  menjelaskan  upaya pemerintah Kabupaten Purbalingga dalam menggerakkan sektor informal.   Bab VIII menguraikan mengenai strategi pembangunan Purbalingga.
Seterusnya Bab IX  menguraikan fokus bidang garapan pembangunan  yang menjadi prioritas  pembangunan Purbalingga. Bab X menampilkan berbagai macam penghargaan yang di terimakan kepada Pemerintah Kabupaten Purbalingga.
          
Bab XI menceritakan kembali tentang pilkada langsung 2005 beserta strategi yang dilakukan oleh pasangan Drs. Triyono Budi Sasongko dan Drs. Haru Sudjatmoko, Msi. Bab XII menguraikan pandangan beserta motivasi yang dilakukan oleh  Drs. Triyono Budi Sasongko, Msi. terhadap upaya penanggulangan dan pengentasan kemiskinan. Terakhir  buku ini ditutup Bab XIII yang menguraikan  tentang  pembangunan beserta permasalahannya.
Tata urutan isi buku tersebut di harapkan dapat membantu para pembaca untuk mengenal lebih dekat peristiwa-peristiwa penting seputar penyelenggaraan pemerintahan, kemasyarakatan dan pembangunan.
Di samping penulisan buku ini untuk merespon keinginan masyarakat seperti di kemukakan di atas, yang lebih penting dari itu adalah untuk memperkaya referensi sejarah kepemerintahan dan kearifan lokal bagi generasi mendatang.
Selanjutnya,  harapan dengan ditulisnya buku ini adalah untuk merubah kebiasaan cara  berpikir ”sungsang” dari sebagian besar masyarakat, yang selama ini selalu berupaya untuk  mengetahui banyak hal terkait peristiwa global atau minimal nasional,  tetapi   kurang mementingkan pemahaman rentetan peristiwa yang terjadi di tingkat regional, termasuk di daerahnya sendiri tempat kita bergelut dengan kearifan lokal yang berkembang di masyarakat.
Saya membayangkan, adalah merupakan hal terindah ketika di sudut-sudut rumah, kantor ataupun obyek-obyek fasilitas umum ( tempat pariwisata) terdapat banyak buku yang memuat tentang penyelenggaraan pemerintahan, ataupun budaya-budaya yang mencerminkan kearifan lokal,  sehingga generasi mendatang  tidak akan kehilangan ”obor” untuk melanjutkan pembangunan yang pondasinya telah di bangun dengan kokoh.
Tentang pentingnya hal tersebut diatas, di kemukakan pula oleh Herman Hesse  (1877-1962),  yaitu   ”Tiada kata-kata, tiada  tulisan dan tiada buku-buku,  maka tidak akan ada sejarah. Apabila tidak ada sejarah, maka tidak ada perbaikan bagi hidup manusia.                                                                   


MAKALAH PRESENTASI DAN BUKU KARYA MUGIYARTO