Ketertarikan saya untuk menulis buku ini berawal dari banyaknya permintaan dari berbagai kalangan; LSM, Tokoh Masyarakat, Tokoh Partai Politik, Praktisi Pendidikan, Pelaku Usaha, Pemerhati Pembangunan, dll. yang ingin mengetahui derap langkah seputar keberhasilan pembangunan Purbalingga, termasuk bagaimana komitmen pemerintah daerah untuk menciptakan kondusifitas daerahnya sehingga mendukung upaya membangun kemandirian di tengah upaya membangun semangat solidaritas dalam rangka penanggulangan dan pengentasan kemiskinan.
Permintaan tersebut, saya anggap sebagai sebuah tantangan untuk menyuguhkan tulisan ini sebaik mungkin dengan tata urutan isi buku sebagai berikut: Bab I, menguraikan tentang pasca runtuhnya Orde Baru, yang dilanjutkan dengan penjelasan mengenai paradigma desentralisasi, kemudian memberi jawab atas keragunan masyarakat terhadap penerapan UU no. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah. Bab II menguraikan tentang proses Pilkada 2000 yang di menangkan oleh pasangan Drs. Triyono Budi Sasongko, MSi. dan Drs. Soetarto Rahmat.
Kemudian, Bab III menguraikan langkah-langkah awal yang dilakukan oleh Drs. Triyono Budi Sasongko, MSi. dalam memimpin Purbalingga. Bab IV menguraikan tentang penilaian masyarakat terhadap kepemimpinan Drs. Triyono Budi Sasongko, MSi.
Selanjutnya, Bab V, menganalisa adakah relevansi pembangunan yang digulirkan oleh pemerintah kabupaten Purbalingga dengan teori pembangunan yang di kemukakan oleh Prof. Amartya Kumar Sen, dari Cambridge University, yang menerima hadiah Nobel untuk bidang perekonomian tahun 1998 . Bab VI menjelaskan tentang upaya pemerintah Kabupaten Purbalingga dalam memberdayakan masyarakatnya.
Dilanjutkan Bab VII menjelaskan upaya pemerintah Kabupaten Purbalingga dalam menggerakkan sektor informal. Bab VIII menguraikan mengenai strategi pembangunan Purbalingga.
Seterusnya Bab IX menguraikan fokus bidang garapan pembangunan yang menjadi prioritas pembangunan Purbalingga. Bab X menampilkan berbagai macam penghargaan yang di terimakan kepada Pemerintah Kabupaten Purbalingga.
Bab XI menceritakan kembali tentang pilkada langsung 2005 beserta strategi yang dilakukan oleh pasangan Drs. Triyono Budi Sasongko dan Drs. Haru Sudjatmoko, Msi. Bab XII menguraikan pandangan beserta motivasi yang dilakukan oleh Drs. Triyono Budi Sasongko, Msi. terhadap upaya penanggulangan dan pengentasan kemiskinan. Terakhir buku ini ditutup Bab XIII yang menguraikan tentang pembangunan beserta permasalahannya.
Tata urutan isi buku tersebut di harapkan dapat membantu para pembaca untuk mengenal lebih dekat peristiwa-peristiwa penting seputar penyelenggaraan pemerintahan, kemasyarakatan dan pembangunan.
Di samping penulisan buku ini untuk merespon keinginan masyarakat seperti di kemukakan di atas, yang lebih penting dari itu adalah untuk memperkaya referensi sejarah kepemerintahan dan kearifan lokal bagi generasi mendatang.
Selanjutnya, harapan dengan ditulisnya buku ini adalah untuk merubah kebiasaan cara berpikir ”sungsang” dari sebagian besar masyarakat, yang selama ini selalu berupaya untuk mengetahui banyak hal terkait peristiwa global atau minimal nasional, tetapi kurang mementingkan pemahaman rentetan peristiwa yang terjadi di tingkat regional, termasuk di daerahnya sendiri tempat kita bergelut dengan kearifan lokal yang berkembang di masyarakat.
Saya membayangkan, adalah merupakan hal terindah ketika di sudut-sudut rumah, kantor ataupun obyek-obyek fasilitas umum ( tempat pariwisata) terdapat banyak buku yang memuat tentang penyelenggaraan pemerintahan, ataupun budaya-budaya yang mencerminkan kearifan lokal, sehingga generasi mendatang tidak akan kehilangan ”obor” untuk melanjutkan pembangunan yang pondasinya telah di bangun dengan kokoh.
Tentang pentingnya hal tersebut diatas, di kemukakan pula oleh Herman Hesse (1877-1962), yaitu ”Tiada kata-kata, tiada tulisan dan tiada buku-buku, maka tidak akan ada sejarah. Apabila tidak ada sejarah, maka tidak ada perbaikan bagi hidup manusia.