SEKAPUR SIRIH MENGAPA KITA HARUS BERBUAT:

Orang yang sangat mulia adalah orang yang memelopori suatu gerakan moral yang berguna bagi generasinya dan juga bagi generasi berikutnya; selanjutnya adalah orang yang memberikan jasa besar bagi masyarakat pada umumnya; dan selanjutnya adalah orang yang kata-katanya memberikan pencerahan dan inspirasi bagi orang lain. Ini adalah tiga pencapaian yang tak akan mati dalam kehidupan.
Disamping blog ini, saya juga menyediakan informasi untuk diakses dengan niat ibadah berbagi ilmu. Anda dapat: klik- : KSU BMT Buana Nawa Kartika ( ksubuananawakartika.blogspot.com ) dan Informasi Koperasi Purbalingga (infokop.blogspot.com).
Drs. Mugiyarto, M.Si
.

KEPEMIMPINAN KEPALA DAERAH SEBAGAI FAKTOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN DI PURBALINGGA

      Latar Belakang

Penelitian dengan focus  kepemimpinan di era otonomi daerah sangat penting  dilakukan mengingat minimnya referensi tentang keberhasilan seorang pemimpin di era otonomi. Bahkan di era otonomi daerah, banyak sekali terkesan bahwa kepemimpinan justru memprofokasi munculnya disharmonis komunikasi. Baik komunikasi antar lembaga (masyarakat) maupun antara pemimpin dengan bawahannya. Salah satu factor yang menyebabkan kepemimpinan di era otonomi ini menjadi sangat spesifik, dalam arti sering terjadinya disharmonis yakni bermula dari adanya transisi politis yang terjadi pada tahun 1998. Transisi politik tersebut berdampak pada perubahan struktur dan kultur organisasi pemerintahan, termasuk didalamnya mengenai kepemimpinan.
Karakteristik pada struktur organisasi pemerintahan pada paradigma lama  adalah organisasi birokratik. Hal ini ditandai dengan cirinya yang mendasar, yakni top-down authority, hierarchiecal organization (controle from the top of the organization), dan close system (thus citizen invoelvement is limited). Hal tersebut mengandung pengertian bahwa sturktur organisasi pemerintahan memiliki otoritas atas-bawah, organisasi hirarkis dengan kontrol sangat ketat dari atas (pimpinan), dan sistem yang tertutup dengan keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan sangat terbatas. Fenomena tersebut mendorong kepemimpinan cenderung bersifat otoriter. Yang berarti seorang pemimpin akan baik hanya  jika terlahir sebagai pemimpin dengan sifat yang baik.
Sementara itu, dalam paradigma saat ini, yang mengedepankan  pelayanan  publik, struktur organisasi yang terbentuk berkarakter desentralistik. Organisasi desentralistik ini ditandai dengan cirinya yang mendasar, yakni streamlining agency processes, disaggregation of large bureucratic structures into quasi-autonomous agencies, dan reduce size of goovernment. Hal ini berarti bahwa struktur organisasi pemerintahan memiliki karakteristik sebagai organisasi pemerintahan dengan instansi-instansi yang dibuat seramping mungkin, sebagai orgnaisasi pemerintahan dengan instansi-instansi yang dibuat semi otonom, dan sebagai organisasi pemerintahan dengan ukuran organisasinya dikurangi atau dipangkas.
 Dalam struktur ini ditengarai bahwa dasar pembentukan fungsi-fungsi organisasi mendasarkan atas konsekuensi adaptasi organisasi pemerintahan dengan perubahan lingkungan sosial untuk merespon kebutuhan-kebutuhan pelayanan publik bagi masyarakat. Oleh karena itu pembentukan unit-unit organisasinya berupa fungsi-fungsi yang ada bersumber pada hasil dialog antar stakeholder pembangunan. Dimana dalam dialog tersebut terdapat keselarasan dan kesetaraan antara pemerintah dan stakeholder pembangunan yang terdiri dari pemerintah itu sendiri, swasta, masyarakat yang didalamnya terkait adanya tokoh masyarakat dan tokoh agama. Fenomena tersebut mendorong kepemimpinan cenderung mengedepankan sebuah proses  pelibatan bawahan dan stakeholder pembangunan yang selanjutnya disebut dengan kemitraan.
Studi kasus dalam penelitian ini adalah efektifitas suatu gaya“kepemimpinan” di kabupaten Purbalingga. Kabupaten Purbalingga adalah salah satu kabupaten yang sering menjadi rujukan atas ide-ide inovative program-program pembangunannya. Disamping itu juga secara umum di akui oleh berbagai kalangan mampu menunjukkan keberhasilannya dalam pembangunan. Hal ini dapat di buktikan dengan banyaknya penghargaan, baik dari pemerintah pusat  maupun dari lembaga-lembaga tertentu yang berkompeten untuk memberikan penghargaan atas berbagai prestasi yang dicapai oleh pemerintah kabupaten Purbalingga.

   Perumusan Masalah
Pada  awal diberlakukannya UU tentang Otonomi Daerah, banyak pihak yang ragu terhadap kemampuan daerah untuk mengoptimalkan  pembangunan di daerahnya. Keraguan tersebut bermula didasarkan atas argumentasi bahwa pemerintah daerah tidak memiliki cukup pengalaman dan sumber daya yang mumpuni untuk melakukan pengelolaan terhadap  potensi yang dimiliki daerah itu sendiri. Keraguan itu tentu bukannya tanpa alasan. Salah satu diantaranya dikarenakan bahwa sebelum UU no. 22 tahun 1999 diberlakukan, pemerintah pusat terlalu mendominasi dan mengarahkan kegiatan serta program-program yang harus dilakukan oleh pemerintahan di daerah, termasuk didalamnya untuk menentukan figure kepala daerah yang dikehendakinya. Dengan demikian pantaslah bila tidak terlihat potensi SDM yang berkualitas, yang diharapkan mampu membangun daerahnya.
Setelah diberlakukannya UU. No 22. tahun 1999 yang kemudian diperbaharui dengan UU no. 32 tahun 2004, kabupaten Purbalingga ternyata mampu menunjukkan keberhasilan pembangunan. Keberhasilan yang diraih oleh Purbalingga sekaligus menunjukkan bahwa sebenarnya daerah pun mampu mengelola potensi yang dimiliki.
 
Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini sangat penting untuk mengetahui:
1.Bagaimana gaya kepemimpinan  yang dilakukan di Kabupaten Purbalingga?

         2.Keberhasilan seperti apa yang telah diraih oleh kabupaten Purbalingga?


Tujuan Penelitian
1.  Menganalisis gaya kepemimpinan   di Kabupaten Purbalingga.
2. Mengungkap keberhasilan yang di dicapai oleh kabupaten Purbalingga


Manfaat Penelitian
1.  Manfaat Teoritisnya adalah bahwa penelitian ini dapat memberi sumbangan kritis terhadap asumsi-asumsi yang selama ini dikembangkan oleh penelitian dan kajian-kajian yang telah dilakukan sebelumnya sehingga penelitian ini dapat melengkapi literature tentang kepemimpinan yang efektif di era otonomi daerah yang telah ada.
2.Manfaat Praktisnya adalah bahwa penelitian ini dapat memahami secara lebih tepat tentang fenomena kepemimpinan yang efektif  di era otonomi daerah sehingga dapat di jadikan sebagai referensi bagi semua pihak yang ingin menjadi pemimpin disuatu daerah pada era otonomi daerah.
Penelitian ini  mengkaji gaya “kepemimpinan” sebagai factor keberhasilan pembangunan Purbalingga 2000-2009. Penelitian ini meminjam kerangka berfikir  yang dikemukakan oleh Peter P. Dawson  (1985) yang disebut dengan The Multivariable Perception  Model of Leadership (MPML). Model ini menjelaskan langkah demi langkah usaha seorang pemimpin untuk mempengaruhi orang lain (pengikutnya).

MAKALAH PRESENTASI DAN BUKU KARYA MUGIYARTO